Prolog :
Aku merasakan
seperti ada angin yang tidak biasa menerpa rambut ku. Aku yakin musim dingin
masih lama lagi. Tapi entah mengapa aku merasakan angin yang terasa sangat
dingin. Tapi angin dingin ini tak biasa.
Kadang kala aku
merasa rindu dengan kamar di rumah dan juga keluarga ku. Aku juga rindu pada
semua teman-teman ku di sana. Di saat itu juga aku ingin menangis, namun aku
tidak bisa. Aku lupa bagaimana cara ku untuk berekspresi. Menangis, tersenyum.
Semua hal itu tidak bisa aku lakukan saat ini...
-eps4- Mimpi Buruk-
Di sebuah bak mandi di kamar
mandi, di situ lah Midorima berendam dan menenangkan dirinya dari semua
kegiatan melelahkan hari ini. Mulai dari pelajaran dari sekolah, hingga ia
mengunjungi rumah Takao di akhir. Itu semua terasa melelahkan, apalagi Midorima
yang tidak begitu suka bepergian. Ia pun memejamkan matanya dan membiarkan
seluruh kepalanya terendam.
Midorima merasa sedikit tenang
sekarang. Ia tidak bisa mendengar siapa pun di dalam air, meskipun keluarganya
sedang berisik di ruang keluarga depan kamar mandi. Seluruh badannya ada
didalam air.
Di saat itu juga, Midorima
membayangkan sesuatu. Tentang apa yang terjadi hari ini. Ia melihat ladang
bunga matahari dan juga ada seseorang di sana. Takao? Apa yang ia lakukan.
Midorima mendekati sosok Takao yang sudah tidak jauh lagi darinya.
“Takao”
“Oh...” Takao berbalik “Shin-chan?”
“Apa yang kau lakukan di sini?”
“Hmm harusnya aku yang bertanya,
kau diam-diam memata-matai ku ya?”
Midorima hanya membuang mukanya
dan berkata “Aku tidak sengaja pergi ke sini nanodayo”
“He? Apa kah itu tsundere mu?
Harus ku akui itu lebih kaku dari biasanya” ejek Takao.
“Aku bukan tsundere nanodayo!”
“Yah... aku pergi ke tempat ini,
hanya untuk ....” tiba-tiba suara terakhir yang diucapkan Takao tidak terdengar
di telinga Midorima.
“Hah? Kau bilang apa?”
Namun Takao sepertinya juga tidak
mendengar apa kata Midorima. Ia langsung saja pergi meninggalkan Midorima.
Midorima berusaha memanggil namun ia tidak bisa mengejar.
“Tunggu...” tiba-tiba Midorima
sadar bahwa ia tertidur di dalam bak mandi “Uhuk!!! Uhuk!!!” ia tersedak banyak
air saat di dalam air tadi. Ia bahkan tidak percaya akan tertidur di saat
seperti ini.
Nafasnya terenggah-enggah. Dari kepalanya,
timbul satu pertanyaan. Apa maksud dari mimpi ini? Apa kah ada maksud yang
mendalam?... pertanyaan itu terus diulang dalam kepala Midorima yang mulai
membingung.
--
keesokan harinya, di sekolah.
midorima melihat jelas wajah Takao yang sedikit murung. Dalam hatinya
bertanya-tanya, ada apa dengan Takao. Tapi untuk apa juga ia memperhatikan
Takao hingga se-teliti itu. Biasanya juga tidak pernah. Ah, yasudahlah...
Midorima kembali memperhatikan
pak guru yang menerangkan pelajaran di depan. Tapi, ia masih merasa terganggu.
Tidak biasanya Takao setenang ini. Bahkan saat bel masuk kelas, ia tidak
memanggil Midorima. Memang rasanya sepi bagi Midorima. Namun, lama-kelamaan hal
ini membuatnya jengkel saja.
“Hey Takao..” panggil Midorima
dengan perlahan.
“Ada apa Shin-chan?” jawab Takao
dengan masih memperhatikan ke depan.
“Aku bolehkan, menginap di rumah
mu malam ini?”
“Hah? Apa itu? apa sifat tsundere
mu menghilang?”
“Aku tidak tsundere nanodayo”
Midorima tambah jengkel dengan kata-kata Takao yang masih tidak melihat ke
arahnya.
“Lagi pula untuk apa?”
“Besok minggu, aku juga ingin
bertanya pada mu satu hal...”
“Kalau seperti itu, kenapa tidak
tanya disini saja? Kan kita juga setiap hari bertemu kan? Lagi pula kau itu
kenapa, kau terlalu perhatian dengan ku sampai seperti ini, lagi pula
jarang-jarang juga kau berbicara dengan ku...”
Oke, kata-kata tadi membuat
Midorima sangat kesal. Ia pun berdiri dari bangku nya saking kesalnya.
“BUKAN BEGITU NANODAYO!!!”
sentaknya tanpa sengaja dan membuat seluruh kelas menghentikan aktifitasnya.
Kemudian ia tersadar bahwa tingkah lakunya yang tiba-tiba itu membuat pelajaran
terganggu.
“Tuan Midorima, Jika kau ingin
mengatakan sesuatu katakan di depan!” sentak pak guru yang sedang mengajar di
depan.
“M..maaf..” kata Midorima sambil
membenarkan kacamata dan menahan malu. Seluruh kelas pun menertawakannya.
Namun, lagi-lagi Midorima tersadar sesuatu bahwa hanya Takao yang tidak
tertawa. Pandangannya tetap kosong tanpa ekspresi seolah-olah ada kejadian
buruk menimpanya.
--
Hari ini serasa begitu sepi bagi
Midorima. Takao tidak bisa di ajak berbicara. Ia selalu saja membuang muka
setiap kali bertemu dengan Midorima. Jika biasanya hampir tiap waktu Takao
berbicara dengan Midorima, entah mengapa kali ini tidak.
Setelah beberapa jam pelajaran,
akhirnya bel pulang berbunyi. Midorima pun mengambil tasnya dan lucky item-nya
hari ini berupa boneka kura-kura, dan bergegas meninggal kan bangkunya tanpa
meninggal kan Takao. Tiba-tiba, ada sebuah tangan yang memegang pundaknya dan
berusaha menghentikannya.
“Kau benar-benar akan menginap di
rumah ku?” ini Takao.
Midorima langsung berbalik.
“Huh... mengapa baru sekarang nanodayo?”
Tiba-tiba Takao tersenyum.
Lama-kelamaan ia terlihat menahan tertawa. Dan akhirnya pun tertawa.
“Pfft.. Bwahaha!!” Takao tertawa sambil
memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.
“KENAPA KAU TERTAWA NANODAYO??!!”
“Habis nya... wajah Shin-chan!...
bwahaha!! Aku tidak berbicara dengan mu seharian ini rupanya membuat mu segalau
itu ya?...” kata Takao menyeka air mata yang keluar karena tertawanya.
“Sudahlah kau membuat ku kesal!
Aku pulang saja nanodayo”
“Eh!” Takao langsung menarik
tangan Midorima.”Maaf-maaf.. aku hanya bercanda... jangan seperti itu. Jika kau
ingin menginap di rumah ku tidak apa...”
“Kau membuat ku kesal saja.
Ekspresi mu hari ini membuat ku sedikit khawatir pada mu tau!”
“Hee? Rupanya memang benar sifat
Tsundere mu sudah mulai hilang”
“Sudah kubilang dari awal kalau
aku bukan Tsundere nanodayo..”
--
Hari menjelang sore. Kebetulan
hari ini tidak ada latihan klub karena hari Sabtu. Midorima dan Takao bisa
pulang lebih awal lagi. Kali ini mereka berjalan kaki. Takao lupa tidak membawa
gerobak yang biasa ia pakai untuk membonceng Midorima.
“Maaf ya Shin-chan...”
“Minta maaf untuk
apa nanodayo?”
“Aku lupa membawa
gerobaknya hehe...” kata Takao sambil menggaruk kepala.
Midorima melihat
jelas wajah Takao yang tersenyum polos itu. Ia sekarang merasa bahwa seharusnya
ia lah yang meminta maaf. Ia selalu saja jadi orang yang di atas gerobak dan
duduk santai. Sedangkan Takao hanya tersenyum menanggapinya dan selalu jadi
yang mengayuh sepeda.
“Shin-chan.”
“Huh?”
“Ayo kita
berangkat...”
“Oh.. iya...”
Mereka berdua pun
berjalan menuju rumah Takao. Sepanjang perjalanan menuju rumah Takao, pikiran
Midorima tidak setenang biasanya. Karena pikirannya yang tadi membuatnya
sedikit tidak tenang dar biasanya.
--
Matahari sudah
tergelincir di ufuk barat. Hari sudah sore dan hampir petang. Lampu-lampu di
kota sudah dinyalakan. Lampu jalanan, rumah-rumah, dan toko-toko. Hari ini
adalah akhir pekan. Banyak orang yang jalan-jalan di kota. Meskipun begitu
jalanan tidak seramai biasanya.
Saat ini, Midorima
sudah berada di dalam rumah Takao. Tepatnya di ruang tamu. Takao benar soal
ruang tamu ini. Dingin. Meskipun begitu, lantai kayunya terasa hangat di kaki
dan juga ada futon di depan TV mereka. Dan sinar lampunya juga membuat hangat.
Tiba-tiba, Takao
datang membawa kue di atas nampan. Kue berbentuk bunga dan juga secangkir teh
hijau di sebelahnya.
“Ini silakan..”
kata Takao seraya menaruh nampan kayu itu di atas meja futon. Lalu ia
menurunkan apa yang ada di atas nampan itu.
“Kau menyiapkan ini
ya?”
“Aku kemarin
membelinya karena aku merasa jika akan ada tamu suatu saat. Dan ternyata benar
kan?”
Midorima dengan
hati-hati mengambil cangkir berisi teh hijau itu.
“Selamat minum...”
kemudian Midorima menyeruput air teh hijau yang ada di dalam cangkir.
Pada awalnya, ia tidak merasakan
apa-apa. Tunggu, wajahnya memucat.
Tiba-tiba nafas Midorima terenggah-enggah seperti orang tersedak.
“Uhuk!!uhuk!!”
Midorima terbatuk-batuk sambil memukuli dadanya yang sesak.
“Shin-chan?!!”
sedangkan Takao terlihat panik dan bingung hendak melakukan apa.
Kemudian Midorima
pingsan seketika di ruangan itu.
--
Midorima tidak bisa
melihat apa pun. Yang dilihat nya hanyalah hitam. Gelap gulita dan tidak ada
siapa pun di sana.
“Shin-chan...”
tiba-tiba, suara Takao membangunkan Midorima.
Midorima pun
perlahan sadar dan membuka matanya. Ia perlahan mengangkat tubuhnya yang
tadinya terbaring di kasur. Memegangi kepalanya yang sedikit pening akibat
terbentur di lantai tadi.
“S..Shin-chan, AKU
MINTA MAAF!!!” Takao langsung membungkukan badannya berulang-ulang kali
menyesali perbuatannya.
“Hah? Apa maksud
mu? nanodayo” kata Midorima yang bingung melihat temannya yang satu ini
langsung berteriak-teriak minta maaf.
“Maaf kan aku, tadi
teh hijau ku membuat mu pingsan ya? Maaf..” kata Takao sambil menyatukan dua
tangannya.
“Hhh.. memangnya
kau memasukan apa kedalamnya...”
“Uhm.. bahan yang
biasa... Daun Teh hijau, sedikit gula mungkin, karena aku takut jika tehnya
terlalu pahit...”
“Teh hijau memang
pahit nanodayo!” kata Midorima menahan amarahnya.
“..dan juga aku
memasukan tablet vitamin 10 buah, dan juga suplemen ke dalamnya..” entah
mengapa wajah Takao terlihat polos ketika mengatakan hal itu.
Dalam pikiran,
Midorima hanya bisa menahan amarahnya sambil berkata dalam hati ‘Dia mau
membunuh ku nanodayo..’.
“Aku minta maaf...
sebagai tanda minta maaf ku, ini..” Takao memberikan semangkuk berisikan nasi
goreng dengan telur di atasnya.
Midorima hanya bisa
menelan beberapa air liurnya. Ia takut jika ia menolak pasti akan sangat tidak
sopan, apalagi ini adalah tanda minta maaf. Tapi jika ia makan, ia juga tidak
bisa menjamin bahwa ia akan selamat atau tidak.
“Shin-chan? Kau mau
kan?”
“Ehmm.. iya..”
Midorima dengan ragu-ragu mengambil mangkuk itu. “Selamat makan...” kata
Midorima sedikit ketakutan.
Perlahan ia mencapit
beberapa butir nasi dengan sumpit. Mengarahkan nasi itu kedalam mulutnya.
Kemudian mengunyahnya.
“Bagaimana?”
Midorima kembali
terkejut. “Ini..”
Takao kebingungan
melihat wajah Midorima yang seperti ini. Tidak biasanya Midorima membuat wajah
sebahagia itu.
“Enak nanodayo...”
Takao tersadar
dengan ucapan Midorima. Ia tersenyum karena mendengar itu. “Terimakasih...”
kata Takao yang wajahnya sedikit memerah.
--
Akhirnya malam pun
datang. Midorima dan Takao sudah bersiap dengan baju yang biasa mereka pakai
untuk tidur. Takao mengenakan kaos hitam lengan pendek dan celana pendek.
Sedangkan Midorima memakai piyama dan topi tidurnya, tidak lupa membawa boneka
lucky itemnya, boneka kura-kura.
“Baiklah Shin-chan,
kau tidur di kasur hari ini..”
“Kenapa aku?
Nanodayo, kau kan tuan rumahnya jadi...”
“Yah.. anggap saja
ini sebagai minta maaf ku atas kejadian tadi. Kau juga bisa sakit akibat
kesalahan ku tadi jika kau tidur di lantai.”
“Soal itu...”
Tiba-tiba entah
mengapa semua terdiam. Midorima seperti kehabisan kata-kata lagi. Tiba-tiba ia
teringat sesuatu yang terjadi tadi pagi.
“Soal pagi tadi,
ada apa?”
“Apa maksudmu Shin-chan?”
“Kau terlihat
murung seperti itu... ada apa ? nanodayo”
“Hahaha, aku rasa
aku memang tidak bisa menjaga rahasia dari mu ya? Baiklah aku akan menjelaskan.
Kau tau kan, Ibu ku sudah lama di rawat inap di rumah sakit Tokyo. Ia selalu
teringat bagaimana kehebatan Ayah ku dalam bermain basket. Tapi, bisa jadi ia
berharap tidak pernah melihat Ayah ku saat bermain basket...” tiba-tiba, reaksi
Takao berubah.
“Ada apa?”
“Aku... maaf..” air
mata Takao tiba-tiba keluar perlahan. “Aku benci mengatakan ini, tapi... Ayah
ku meninggal karena bermain basket, ia cedera di kaki akibat tergelincir. Dan
ternyata luka dalam yang di derita ayah ku membuatnya terserang infeksi...
meskipun ia bisa bertahan beberapa hari, namun infeksi itu sangat cepat
menyebar sehingga ayah... meninggal...”
Midorima hanya
terdiam.
“Saat itu aku
sempat membenci basket. Namun, aku terlanjur suka pada basket sehingga aku
selalu dan selalu berlatih. Sehingga aku menyukainya lagi. Tapi, sepertinya
akan ada hambatan lagi...”
“Apa itu? nanodayo”
“Ibu ku.. dia..”
Takao mengangkat kepalanya yang tadinya menunduk sambil mengusap air matanya
“Dia menyuruhku berhenti bermain basket...”
Midorima terkejut
mendengar kalimat itu. Apa kah ini rahasia yang selama ini di sembunyikan
Takao.
--bersambung—
Tidak ada komentar:
Posting Komentar