Jumat, 29 Juli 2016

KNB Fanfiction : Himawari no Yakusoku eps 7


-eps 7 – Surat Misterius –

Midorima menunggu Takao dan terduduk di kursi sebelah ranjang Takao. Tidak ada siapa pun disana, hanya ia dan suara mesin ukur detak jatung. Ia masih tidak bisa memberitahukan hal ini kepada nenek ataupun sanak saudara Takao yang lain. ia takut jika mereka shock ataupun panik mendengar hal ini. Ia sadar bahwa ia seharusnya tidak sepanik ini, tapi Takao baru saja kehilangan orang yang sangat ia cintainya.

Perlahan mata Takao bergerak. Kelopak matanya mulai terbuka meskipun masih terbuka setengah.

“Takao?” Midorima melihat jelas hal itu, ia merasa lega sekarang.

“Shin-chan?” jawab Takao dengan lemas. Ia mencoba untuk bangun dari baringannya. Midorima yang melihat hal ini langsung berusaha berjaga-jaga karena tubuh Takao masih lemas dan butuh istirahat. Tak seharusnya ia bangun dari baringannya sekarang. Namun, ia terlihat memaksakan dirinya.

Takao melihat ke tangan kanannya yang di perban. Ia kemudian teringat kejadian tadi saat ia berusaha melukai pergelangan tangannya.

“Hh.. kenapa kau menyelamatkan ku?”

Midorima terkejut mendengar perkataan itu dari mulut Takao. “Apa yang kau katakan Takao?”

“Kau bahkan meninggalkan logat bodoh mu itu ha? Apa itu karena kau khawatir pada ku?” kata Takao dengan sedikit mengejek. Tangan Takao pun mulai merabah infus di tangan kirinya. Ia berniat untuk mencabut infusnya. Midorima yang melihat ini langsung dengan cepat menarik tangan Takao.

“Apa yang ingin kau lakukan?!!”

“Lepaskan aku!!!”

“Tindakan bodoh apa yang membuat mu jadi seperti ini naodayo?!!! APA KAU SADAR BANYAK ORANG YANG MASIH MEMBUTUHKAN MU DI SINI !!!”

Seketika, Takao pun terdiam seolah-olah membeku.

“Miyaji-san, Kimura-san, dan juga Otsubo-san! Mereka masih membutuhkan mu!! Bahkan seluruh tim pun membutuhkan mu nanodayo!!”

Perlahan air mata Takao mulai menetes dan membasahi pipinya menuju dagunya.

“Aku... aku telah melanggar janji ayah ku...” Takao pun menundukkan kepalanya di hadapan Midorima. “...Aku telah membuat ibu ku kecewa bahkan sebelum ia pergi.. untuk selamanya... aku tidak bisa meminta maaf lagi kepadanya...”

“Takao...” Midorima pun sedikit tersentak saat Takao dengan tiba-tiba memeluknya.

“Maaf..” perkataan Takao tersedu-sedu karena tangisannya. “Maaf.. Shin-chan..”

Midorima pun membalasnya dengan memeluknya balik. “Aku juga minta maaf... Takao”

Mereka berdua pun kembali akrab lagi. Bahkan Takao sudah bisa bercanda sore itu. Midorima mengeluarkan senyumannya. Ia tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah tersenyum walaupun Takao bercanda dengannya.

--

“Takao, kalau begitu aku pulang dulu nanodayo. Hari sudah malam, Ibu akan mengkhawatirkan ku nanti. Aku sudah menelphone nenek mu jadi tunggu beberapa saat, mungkin sekitar tiga puluh menit lagi sampai nanodayo.” Midorima bersiap membawa tasnya dan gantungan kunci lucky itemnya.

“Hah? Kau akan pulang? Padahal kau baru saja sampai di sini kan?”

“Aku sudah di sini selama tiga jam nanodayo. Jika kau saja tidak bertindak kelewatan seperti tadi!!”

“Hehe.. maaf.”

“Jangan minta maaf dengan wajah polos mu itu nanodayo!!” Midorima semakin kesal ketika melihat Takao meminta maaf dengan wajahnya yang polos itu. “Kalau begitu aku pulang dulu nanodayo” Midorima membuka pintu kamar itu.

“Iya, hati-hati ya”

“Jaga dirimu Takao..” kata Midorima kemudian bergegas menutup kembali pintu. Takao terkejut mendengar kata itu dari Midorima. Ini pertama kalinya Midorima berkata seperti itu. Membuat Takao sedikit tertawa di atas kasurnya.

“Haha.. dasar Shin-chan bodoh..”

--

Sepanjang perjalanan pulang di dalam bus kota, Midorima hanya memikirkan kejadian hari ini. Terlebih lagi Takao. Ia tidak menyangka jika Takao bisa pulih secepat itu. Meskipun begitu, ia masih khawatir dengan Takao karena kejadian tadi siang.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, Midorima pun sampai di halte tujuannya. Ia turun di sana lalu berjalan pulang. Rumahnya tidak begitu jauh dengan jalan kota. Tapi dari halte lumayan jauh.

Setelah limabelas menit berjalan, Midorima akhirnya sampai di depan rumahnya. Ia mengetuk pintu kayunya yang besar kemudian membukanya.

“Aku pulang..”

“Selamat datang Shintarou..” sahut Ibu yang sedang menonton TV di ruang keluarga. “Kau lama?”

“Maaf aku lama, tadi teman ku...” Midorima sadar jika kata-katanya nanti bisa membuat ibunya terkejut dan pasti akan bertanya-tanya.

“He.. ada apa?”

“O..ouhm.. tidak apa nanodayo, tadi aku hanya mampir ke rumah Takao”

“Oh.. Takao-kun ya?” Ibu pun berdiri dari sofa dan menghampiri Midorima. “Kau dan Takao-kun rupanya sangat cocok ya? Tidak heran mereka memasangkan mu dengan Takao-kun saat bermain basket..”

“Ti..tidak begitu nanodayo..”

“Tapi kali ini kau harus lebih sering memperhatikannya..”

“Kenapa?”

“Ibu Takao sudah tiada dan dia tinggal sendiri sekarang.. dia juga masih SMA dan mungkin juga belum bisa menjaga dirinya sendiri. Jadi dia butuh teman seperti mu”

Midorima termenung “begitu ya..”

“O..iya, tadi ada seseorang yang memberikan surat kepada mu.”

“Surat?”

“Iya, seorang laki-laki tua. Ia memakai jubah sehingga aku tidak begitu mengenalinya. Suratnya belum aku baca tapi sudah aku taruh di meja mu.”

“Akan kulihat surat dari siapa itu nanodayo” Midorima pun menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Ia membuka pintu kamarnya. Semua masih tertata rapi. Selimut yang terlipat rapi layaknya di hotel. Buku-buku di dalam rak buku yang tersusun rapi. Grand Piano yang tertutup. Dan juga boneka bekas-bekas lucky itemnya. Kamar yang cukup rapi, untuk sebuah kamar laki-laki.

Midorima melihat sepucuk surat itu di atas meja belajarnya. Surat berwarna putih dan nama yang tidak di tulis dengan benar sehingga menjadi sulit membacanya. Perlahan isi surat itu dibacanya.

‘Kepada Midorima Shintaro.

Terimakasih telah membuat Kazunari bahagia dan ceria kembali.
Pada awalnya aku tidak menyangka bahwa ia akan pulih secepat ini.
Tapi karena bantuan mu, dia jadi bahagia kembali. Padahal dia dulu itu cengeng sekali.
Maaf jika aku hanya bisa mengirimkan mu surat ini. Satu lagi, sekarang nyawa Kazunari dilindungi oleh ladang bunga Matahari yang sering ia datangi. Jadi tenang saja, selama ladang itu masih ada, Kazunari akan baik-baik saja.’

Midorima agak bingung dengan maksud terakhir isi surat ini. Ia bingung siapa yang mengirimnya. Kenapa ia bisa tau tentang Takao dan ladang bunga Matahari itu. Dan juga kenapa ia memanggil Takao dengan nama kecilnya.

‘Aku rasa sudah cukup sampai di sini. Satu permintaan lagi, tolong jaga Kazunari. Aku mempercayakan pada mu nak...’

Sekian dari surat itu. Midorima masih bingung dengan maksud dan siapa orang yang menulis surat ini. Kanji di dalam nama itu tidak tertulis dengan benar dan acak-acakan, jadi ia tidak bisa membacanya.

--bersambung—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar